Megah dan kaya keunikan, kesan ini jelas tergambar di klenteng Kwan Sing Bio, yang berdiri gagah di pesisir pantai utara Tuban. Selain luas bangunan yang luar biasa, ikon yang digunakan sebagai penghias gapura juga berbeda dari bangunan klenteng pada umumnya.
Kelenteng yang didirikan pada tahun 1928 ini, konon kelenteng ini adalah peniggalan dari para pedagang etnis tionghoa berabad-abad yang lalu yang menyebarkan agama lewat perdagangan.
Klenteng Kwan Sing Bio terletak di sebelah barat kota Tuban. Tempat ibadah umat Tri Dharma yang dikenal dengan sebutan Klenteng Kepiting itu menjadi salah satu trade mark. Menurut cerita, pada awalnya tanah yang digunakan sebagai lokasi bangunan klenteng adalah rawa-rawa yang penuh kepiting.
Tanaman liar yang ada dirawa-rawa tersebut kemudian dibabat dan tanahnya diratakan. Tumpukan kayu hasil babatan itu yang ditata menjadi klenteng. Kepiting liar yang merupakan mahkluk hidup asli wilayah itu dijadikan simbol ciri khas Klenteng Tri Dharma Kwan Sing Bio.
Berdiri di atas tanah seluas lebih dari dua hektar, Klenteng Kwan Sing Bio dibagi menjadi beberapa bagian. Di bagian depan terletak sebuah tempat sembahyangan (altar utama), yang juga merupakan bangunan tertua. Di sebelah kiri altar utama berdiri tempat pembelajaran bahasa Mandarin, peramal Jiamsi, kantor secretariat, dan tempat penjualan perlengkapan sembahyang.
Di bagian belakang terdapat dapur dan Hall (gedung serba guna) yang sekaligus menjadi tempat menginap bagi pengunjung, bersebelahan dengan taman berarsitektur Thiongkok, plus danau kecil dan jembatan yang melintas di atasnya yang sekaligus berfungsi sebagai panggung pertunjukan acara saat peringatan ulang tahun klenteng.
Ajaran Tri Dharma mempercayai kepiting sebagai hewan yang dipilih dewa untuk melindungi mereka yang berada di Tuban. Penghormatan kepada mahkluk laut seperti kepiting ditunjukkan dengan tidak menyajikan kepiting sebagai sesembahan kepada dewa umat Konghucu, Tao dan Budha. Keunikan lain menyangkut kepiting, tampak dari bentuk kota Tuban yang mirip dengan bentuk Kepiting dengan dua capit. Capit Pertama letaknya di Klenteng Tjoe Ling Kiong (Dewi Laut) di Alun-Alun Kota, capit kedua di Klenteng Kwan Sing Bio. Di dua klenteng itu, juga terdapat dua mata air tawar. Hal yang unik karena keduanya terletak di wilayah pantai.
Memperkuat sisi releigiusnya, Kwan Sing Bio diperkaya dengan patung-patung yang sangat apik. Patung-patung ini dibangun untuk menghormati nenek moyang dan dewa-dewa masyarakat Tionghoa. Di sisi yang lain, tepatnya di di gedung serba guna, ada relief indah yang berkisah tentang sembilan dewa. Lalu di bagian lain, ada relief tentang legenda-legenda populer Tiong Hoa yang kaya dengan nilai filsafat
Namun, Klenteng ini hanya menyimpan satu patung Dewa Tiongkok, atau yang biasa disebut Kiem Sien, yakni Dewa Yang Mulia Sing Tee Koen, dewa pelindung dan setia. Ini berbeda dengan klenteng lain, yang biasanya memiliki banyak patung Kiem Sien. Patung dewa Sing Tee Koen ini dibawa seorang umat langsung dari tanah Tiongkok.
Dengan segenap atribut yang dimiliki, Kwan Sing Bio diyakini sebagai klenteng terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, kleneteng ini juga dipercaya sebagai yang paling unik. satu yang palng berbeda di klenteng ini adalah penggunaan ikon kepiting raksasa di gerbangnya.
Kwan Sing Bio setiap hari, sangat ramai dikunjungi wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing. Mereka yang datang ke kelenteng bukan hanya berasal dari kalangan Kong Hu Chu melainkan umat muslim, Kristen, dan lainnya. Tujuan wisatawan juga berbeda-beda, ada yang datang khusus untuk bersembahyang, ada yang kededar ingin melihat-lihat, ada juga yang datang untuk mencari peruntungan dan mohon petunjuk.
Meski belum ada rujukan pasti tentang eksistensi Kwan Sing Bio, namun sumber di klenteng ini meyakini, Kwan Sing Bio merupakan klenteng tertua di Indonesia.
Yah, Kwan Sing Bio mungkin sebagian dari anda sudah tidak asing lagi dengan nama ini. Kelenteng yang terletak pada jalur pantura kabupaten Tuban ini sangatlah cantik dan menarik.
Namun bagi anda yang mungkin baru kali ini mendengar atau membaca tentang klenteng Kwan Sing Bio dan ingin mengunjungi tempat ini tetapi binggung karena lokasi anda yang jauh. Anda tidak perlu binggung atau khawatir karena bagi pengunjung yang hendak bermalam kelenteng Kwan sing bio menyediakan tempat bermalam gratis yang mampu menampung ribuan pengunjung. Urusan makan juga gampang, kelenteng ini menyajikan makanan gratis setiap harinya.
Atau jika anda menginginkan sajian yang berbeda, Klenteng Kwan Sing Bio bersanding persis dengan sebuah Coffee and Steak House milik Hotel Mustika Tuban yang menyajikan aneka menu kopi, teh, Steak, cake dan makanan khas lainnya. Disisi lain luar klenteng juga terdapat warung-warung tenda yang menyajikan masakan khas tuban denga harga yang sangat terjangkau.
Ketenaran kelenteng ini tidak perlu dipertanyakan lagi, dengan deretan lampu lampion, arca dewa hingga lilin yang terpasang seolah mampu membuktikannya. Beragam nama dan asal daerah pengunjung dapat kita lacak disitu. Disini anda bisa melihat lilin dengan ukuran sepelukan orang dewasa dengan tinggi menjulang hingga dua meter. Jadi sangatlah tidak sempurna apabila anda melewati kota tuban, tanpa mengunjungi wisata religi yang satu ini.
0 komentar:
Posting Komentar