Ribuan suku yang mendiami bumi pertiwi membuat Indonesia kaya akan kebudayaan. Biasanya tradisi di masing-masing kebudayaan sangat berbeda tergantung daerah dan letak geografisnya. Kebudayaan dan tradisi masyarakat yang tinggal di pegunungan memiliki perbedaan disbanding dengan masyarakkat yang hidup di pinggir laut. Namun apa jadinya jika ritual adat berupa penghormatan terhadap gunung berapi dilaksanakan melalui laut? Tradisi tersebut hanya bisa ditemui di Kololi Kie.
Ritual penghormatan terhadap gunung yang telah menjadi sumber kehidupan masyarakat yang hidup dan tinggal di lerengnya memang cukup unik. Jika biasanya di Pulau Jawa, masyarakat hanya berdoa dan mengumpulkan sajen dan di lempar ke tengah kawah seperti yang terjadi pada sedekah gunung di Merapi atau pemberian Ongkek-Ongkek di Gunung Bromo, maka di Kololi Kie, masyarakat Ternate akan mengelilingi Gunung Gamalama melalui rute laut dan darat.
Kololi Kie berasal dari bahas asli Ternate, yaitu “Kololi” yang berarti mengelilingi atau mengitari dan kata “Kie” yang berarti gunung, pulau, atau daratan. Jadi jika diartikan seluruhnya Kololi Kie adalah kegiatan yang mengitari atau mengelilingi gunung. Tradisi ini sudah dilakukan masyarakat Ternate sejak ratusan tahun lalu. Biasanya tradisi Kololi Kie digabung bersama tradisi ritual “Fere Kie”. Tradisi Fere Kie ini adalah ritual naik ke puncak Gunung Gamalama untuk berziarah kepada leluhur. Ada dua jalur untuk melakukan tradisi ini. Jalur pertama melalui laut (Kololi kie toma ngolo) dan jalur kedua melalui darat (Kololi kie toma nyiha/nyiho). Dalam perjalanannya, setiap moda transportasi yang digunakan dilengkap dengan alat musik tradisional.
Biasanya rombongan akan berhenti di tiga tempat untuk menabur bunga dan memanjatkan doa.
Ada beberapa tujuan masyarakat Ternate melakukan tradisi ini selain untuk menghormati Gunung Gamalama. Yang pertama adalah niat perorangan yang biasanya dilakukan untuk berdoa agar mendapatkan cita-cita dan mengucap rasa syukur jika apa yang diharapkan tercapai. Kemudian yang kedua adalah niat suatu kelompok yang dilakukan untuk berziarah kepada leluhur dan para sufi. Ritual adat ini biasanya dilakukan apabila kerabat atau keluarga ataupun kelompok yang hendak mendirikan rumah, hendak panen rempah-rempah atau mereka yang selamat dari malapetaka. Kemudian yang ketiga adalah hajatan besar Kesultanan Ternate yang akan dilakukan secara besar-besaran dan sangat meriah terutama di sepanjang rute yang dilaluinya lewat laut.
Photo by: ternate.wordpress.com
Ritual penghormatan terhadap gunung yang telah menjadi sumber kehidupan masyarakat yang hidup dan tinggal di lerengnya memang cukup unik. Jika biasanya di Pulau Jawa, masyarakat hanya berdoa dan mengumpulkan sajen dan di lempar ke tengah kawah seperti yang terjadi pada sedekah gunung di Merapi atau pemberian Ongkek-Ongkek di Gunung Bromo, maka di Kololi Kie, masyarakat Ternate akan mengelilingi Gunung Gamalama melalui rute laut dan darat.
Kololi Kie berasal dari bahas asli Ternate, yaitu “Kololi” yang berarti mengelilingi atau mengitari dan kata “Kie” yang berarti gunung, pulau, atau daratan. Jadi jika diartikan seluruhnya Kololi Kie adalah kegiatan yang mengitari atau mengelilingi gunung. Tradisi ini sudah dilakukan masyarakat Ternate sejak ratusan tahun lalu. Biasanya tradisi Kololi Kie digabung bersama tradisi ritual “Fere Kie”. Tradisi Fere Kie ini adalah ritual naik ke puncak Gunung Gamalama untuk berziarah kepada leluhur. Ada dua jalur untuk melakukan tradisi ini. Jalur pertama melalui laut (Kololi kie toma ngolo) dan jalur kedua melalui darat (Kololi kie toma nyiha/nyiho). Dalam perjalanannya, setiap moda transportasi yang digunakan dilengkap dengan alat musik tradisional.
Biasanya rombongan akan berhenti di tiga tempat untuk menabur bunga dan memanjatkan doa.
Ada beberapa tujuan masyarakat Ternate melakukan tradisi ini selain untuk menghormati Gunung Gamalama. Yang pertama adalah niat perorangan yang biasanya dilakukan untuk berdoa agar mendapatkan cita-cita dan mengucap rasa syukur jika apa yang diharapkan tercapai. Kemudian yang kedua adalah niat suatu kelompok yang dilakukan untuk berziarah kepada leluhur dan para sufi. Ritual adat ini biasanya dilakukan apabila kerabat atau keluarga ataupun kelompok yang hendak mendirikan rumah, hendak panen rempah-rempah atau mereka yang selamat dari malapetaka. Kemudian yang ketiga adalah hajatan besar Kesultanan Ternate yang akan dilakukan secara besar-besaran dan sangat meriah terutama di sepanjang rute yang dilaluinya lewat laut.
Photo by: ternate.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar